Agar-agar
Siapa yang tidak
kenal dengan agar-agar? Makanan yang enak dan dengan struktur yang kenyal dapat
membuat kita menyukainya. Agar-agar atau agarosa adalah zat yang biasanya
berupa gel yang diolah dari rumput laut atau alga. Di Jepang dikenal dengan
nama kanten dan oleh orang
Sunda disebut lengkong. Jenis
rumput laut yang biasa diolah untuk keperluan ini adalah Eucheuma spinosum
(Rhodophycophyta). Beberapa jenis rumput laut dari golongan Gracilaria
dan Gelidium (Phaeophycophyta) juga dapat
dipakai sebagai sumber agar-agar.
Mungkin sekilas kita tidak pernah
memperhatikan dan tidak berpikiran tentang apa sih sebenarnya agar-agar itu. Agar-agar
sebenarnya adalah karbohidrat dengan berat molekul tinggi yang mengisi dinding
sel rumput laut. Dia tergolong kelompok pektin dan merupakan suatu polimer yang
tersusun dari monomer galaktosa. Agar-agar dapat dibentuk sebagai bubuk dan
diperjualbelikan. Agar-agar juga merupakan koloid padat-cair bukan suatu
larutan ataupun suspensi. Dengan bentuk
yang padat dan kenyal ini kita mungkin masih bingung mengapa agar-agar disebut
sebagai koloid padahal koloid ini merupakan campuran-campuran zat yang berbeda.
berikut ini penjelasan mengapa agar-agar disebut sebagai koloid.
Agar-agar Sebagai Koloid
Agar-agar yang sering kita dengar namanya dan
yang sering kita makan merupakan suatu koloid. Mengapa disebut koloid?
Agar-agar disebut koloid karena dalam proses pembuatannya terbentuk struktur
gel yang tercipta karena ketika dipanaskan di dalam air, molekul agar-agar dan
air bergerak bebas kemudian saat didinginkan, molekul-molekul agar-agar merapat
satu sama lain, memadat, dan membentuk kisi-kisi yang mengurung molekul-molekul
air. Sehingga terbentuklah sistem koloid padat dan cair. Pada sistem koloid ini yang menjadi
fase terdispersi adalah air dan yang menjadi fase pendispersi adalah molekul agar-agar.
Agar-agar merupakan koloid yang mempunyai sifat koloid liofil. Koloid liofil
adalah koloid yang mengadsorbsi atau menyerap cairan, sehingga terbentuk
selubung di sekeliling koloid.
Kisi-kisi yang terbentuk tadi difungsikan
dalam elektroforesis gel agarosa yaitu peristiwa pemisahan partikel koloid yang
bermuatan dengan menggunakan arus listrik untuk mencegah pergerakan molekul
obyek karena perbedaan tegangan antara dua kutub. Kepadatan gel agar-agar ini
lumayan kuat untuk menopang tumbuhan kecil sehingga sering kali digunakan
sebagai media kultur jaringan. Gejala yang dimiliki oleh agar-agar dan beberapa
gel lainnya yang berkenaan dengan suhu transisi fase padat-cair disebut histeresis.
Pada suhu 85ºC, agar-agar mulai mencair dan mulai memadat
pada suhu 32-40ºC, sehingga agar-agar berbeda dengan air yang
dapat memadat dan mencair pada titik suhu yang sama.
Kalo ada tambahan silahkan menambahi. informasi yang anda berikan akan sangat bermanfaat. thank you ^,^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar